Menyerta Pelangi Torehan Lagu Gemilang
Arus gerus menuai cahaya kelembutanberkabut rentan menuai prahara
tidak tahu dengan cerita yang melanda
maafkan bila ada kesalahan yang diperbuat
Menyerta pelangi torehan lagu gemilang
kau sendiri yang menggapai pertahanan ambisi
agar aku turut komitmen dengan mereka
siapa yang lebih dulu menyapa aku
tak sesemangat seperti dulu katanya
Belajar banyak dari pengalaman masa lalu
semua bisa dijalani sepenuh nyata
paham prestasi sensasi makin renta
menulis kerinduan tentang banyak hal
menegas nikmat ikut senang memental
Langkah pertama yang sering bersama
kontrol diri sepenuh taktis
dalam derap dangkal semua itu
persiapan ritus menyembul seteru
penawar rindu semakin syahdu menderu
Kandangan, 21 Desember 2017
Pejam Niscaya Merajut Tali Asmara
Selalu ada hal yang baru disinitata aturan dibalik tanah watas
menandas cerita kelam memeluk Jakarta
kebanyakan santai tidak enak juga
bayang rasa sebatas kias menerka
dulu kita pernah saling bersama
Pejam niscaya merajut tali asmara
tak ada oleh-oleh yang dibawa pulang
selalu muncul hal yang indah
menerpa suara bangga tak sudah-sudah
selalu dekat setiap saja tentunya
gerimis mengundang terpa berpadu nyata
ritus wacana menubir prahara
Tentang sendu membias mengabarkan hasrat
upaya melestarikan khazanah Banua
lewat tulisan yang teramat mantap
jejak niscaya saling bersampiran
pemahaman yang pernah kita datangi
ada beragam atribut disana
Selalu tumbuh perasaan yang berbeda
serpih keinginan tinggi menggerus ragam tandas
datang menemu cahaya berpesta pora
nikmat rekah aturan menata intim
kau simak aturan menegas gerus alami
ada yang lebih baik dari mereka
Kandangan, 22 Desember 2017
Hikayat Hakikat Melayat Kesumat
Sepenggal kisah dari tanah kesumatmampu meretas janji-janji yang terdalam
lewat beragam aturan yang menghamba
sekelabat janji mengungkit ambisi
dari gerusan cahaya yang terus mendendam
rela pergi seorang diri
Hikayat hakikat melayat kesumat
persembahan terbaik untuk semua
merangkai janji sepenuh purnama
bila nanti akan tiba waktunya
linangan airmata tanpa ganggu
Batas ilmu batas semua
jangan pernah mentertawakan nasib
bila semua butuh kesunyian
seringkali kealpaan meneriapkan syak wasangka
menulis dibatas retas
Lewat senyum manis terus mengembang
dari sandera jiwa menerawang kuasa
perputaran imajinasi menukik tradisi
kamuflase rindu saling menunggu
Menyaksikan ketiadaan diri meretas sembilu
yang kerap hadir penuh sumpah serapah
hadir keping hati yang sembunyi
mementas sembilu jalan yang tak perlu arah
demi sesuap nasi yang kau harapkan
karena semua sudah saling menentukan
Jangan ganggu aku bila semua berlalu
pemandangan yang begitu indah
aku akan terus mengharapkan semua itu
dia malu datang disini
Menemani setia perjalanan penuh gejolak
dibatas penghambaan diri yang merana
beri banyak waktu tentang semua ini
memikat suara bersama lagu bersemi
Kandangan, 17 April 2017
Senyum Mengembang Sepenuh Tuntas
Merona petang menjelang senangtatap syahdu meramu tentu
jangan sampai terburu nafsu
ada banyak hal yang akan dibenahi
bawa tersenyum saja karena kita tidak salah
Diburu lagu-lagu dangdut
alur waktu menuju rangkai semu
mimpi manis yang mencitra
buku buku yang terus dibaca
maafkan ayah bila aku tak memperhatikanmu selama ini
Berdasarkan kesenangan yang pernah ada
terus menulis sepanjang hari
tindak tanduk mencendak aduk
dulu susah payah di sawah
Senyum mengembang sepenuh tuntas
aku tahu yang pernah kau datangi
kadang juga menegang silam yang terpaku
banyak mainan anak di rumahnya
Angkinang Angkinang dimana kau sekarang
aku akan selalu menantimu
manusia yang suka cari perhatian
Ia sedang memenuhi canda dengan lengkap
trauma memberi harap
hatimu sama di jalan lentera lambat semangat
Kandangan, 16 April 2017
Canda Waktu Sepenuh Gerimis
Masih banyak yang bisa dituliskan disinijuga tentang hal lain yang menarik
nikmatnya jadi orang biasa
kadang aku merasa malu juga
belenggu rindu penuh taktik
remuk redam mati rasa
Canda waktu sepenuh gerimis
mengerti akan banyak hal
senarai rindu mengintai gamang
lerai waktu gemuruh bersisian
jangan terlalu diambil pusing
Bila memang itu yang kau suka
aku ingin membuktikan kepada dunia
untuk dia yang ada disana
tebu berduri menusuk lara
ada banyak keinginan disini sekarang
Kandangan, 11 Mei 2017
Santun Menyeru Kelindan Beruntun
Dalam pioner diri yang nistaaku akan terus setia
sepanjang itu yang kau mau
dalam lecut kekuatan kentara ambisi
tak ambil pusing dengan hal itu
Santun menyeru kelindan beruntun
siap menghadapi segala permasalahan
kau tentu menuai jejak yang ambisi
benih kerinduan yang pernah ada
aku ingin menulis berita lagi
Apa yang bisa diberikan kepada negeri ini
tulus ikhlas mengabdi sempurna
hidup akan terasa lebih indah
katamu hal itu cukup adil
cinta alam bersemi kembali
Kandangan, 7 Mei 2017
Akhmad Husaini : lahir di Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, 18 November 1979. Aktif menulis sejak 1996 saat masih duduk dibangku MAN 2 Kandangan. Karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dsb pernah dipublikasikan di media cetak terbitan lokal Kalsel. Juga di media online / daring, baik yang ada di Kalsel maupun nasional. Puisinya
termuat dalam beberapa buku kumpulan puisi sastrawan Kalsel. Sekarang bekerja sebagai Staf Tata Usaha MTsN 3 HSS dan tinggal di Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS.
0 Response to "Menyerta Pelangi Torehan Lagu Gemilang - Pejam Niscaya Merajut Tali Asmara - Hikayat Hakikat Melayat Kesumat - Senyum Mengembang Sepenuh Tuntas - Canda Waktu Sepenuh Gerimis - Santun Menyeru Kelindan Beruntun"
Post a Comment