Ada Seakan tak Ada Benang
Kala itu layang-layangku elok penuh warnaLayang-layangku tinggi mengangkasa
Layang-layangku berkertas baja
Layang-layangku berkerangka pancasila
Sekarang layang-layangku robek dan singit
Layang-layangku jadi mainan para penguasa dusta
Layang-layangku tak sanggup bangkit
Layang-layngku digilir oleh jiwa-jiwa penista
Kertasnya tak lagi gembur
Beracun: ditumbuhi jamur-jamur
Kerangkanya hancur lebur
Digerogoti pada penguasa berhati kufur
Layang-layangku sudah tak mampu terbang
Ada seakan tak ada benang
Sekalipun terbang layang-layangku sudah hilang
Tuhanku
Aku memohon pada-Mu
Ciptakanlah benang-benang amanah bagi layang-layangku
Ciledug, 10 Februari 2014
Diam; Menentang
Sementara waktu aku bersembunyi dari rembulanDan dari bintang gemintang
Aku kan tinggal di bawah lampu temaram
Aku kan hidup dalam pekat
Melalui waktu tanpa embun dan matahari
Diam; menentang
Adalah sombongnya waktu
Mereka bagai birunya langit berwajah kabut hitam
Mereka bagai serangkai bunga penuh warna ber – aromakan bangkai
Ku tak mau menyatu pada birunya langit
Ku mau tak terikat pada serangkai bunga penuh warna
Diam; Menentang
Aku seorang!
Dan aku akan lebih tak peduli
Aku dengan diamku; menentang.
Ciledug, 27 Mei 2014
Terang Bulan di Atas Comberan
Dua raja tengah membunuh waktu
Hitam putih menjadi langkah keduanya
Pion-pion tumang dan lenggang
Dua raja mengadu ilmu
Menunjukkan kesaktiannya
Gula ditabur di atas mulut rakyat yang menganga
Demi pesugihan menggenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
Berjatuhan sesal
Terlontar kutukan-kutukan
Dihujani Kristal nestapa
Berselimut debu-debu
Dan lagi-lagi rakyat termangu
Jutaan kepala tertunduk layu
Di bawah terang bulan di atas comberan.
Ciledug, 28 Mei 2014
Ketidakadilan
Ketidakadilan menyayat hati
Membuat ranting kering meronta-ronta
Kini kami rasakan pada sebuah teori: praktik
Telak menimpa di depan mata
Apa yang salah?
Apa yang terjadi?
Hangus nilai-nilai keadilan
Sirna terbakar ketidakadilan itu sendiri
Tinggi strata sosial yang ia miliki
Bukan jaminan keadilan itu dapat ia berikan
Kami geram!
Kepalan tangan berisi ludah kemunafikan
Mendarat telak di wajah bertopeng pendidikan.
Ciledug, 26 Juli 2014
*) Dicky Rivaldi, seniman/mahasiswa
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Dicky Rivaldi
[2] Tersiar dalam surat kabar "Pikiran Rakyat" 22 Maret 2015