Gerhana Jiwa
Jiwamu akan menjadi hitamSeperti bulan dimakan gerhana
Ketika nafsu semakin mengetam
Dan nurani terus-menerus merana
Aku melihat gerhana
Menghitamkan banyak jiwa
Lalu banyak manusia kehilangan muka
Memenuhi menara-menara di kota-kota
Anak-anak juga telah dimakan gerhana
Lalu masa depannya menjadi gelap gulita
Setelah sekolah-sekolah berubah menjadi pasar
Dan guru-guru beralih status menjadi makelar
Cucu-cucu kita juga akan dimakan gerhana
Kemudian hidup bagaikan drakula
Setelah arah tak bisa lagi dipetakan
Kiri dan kanan sama-sama membingungkan.
Kota Wali, 2015
Meratapi Hutan
tak usah bertanya lagisiapa menebangi pepohonan
karena hutan telanjur gundul begini
dan satwa-satwa telah dipunahkan
aku akan meratapi hutan
agar airmataku berlinangan
menyirami benih-benihan
yang tumbuh bersama harapan
jangan menganggap sia-sia airmata
ketika kejahatan telah merusak semesta
karena airmata menyimpan cahaya nurani
untuk memperpanjang sejarah insani
jika hidup tanpa airmata
manusia bisa kehilangan cahaya
maka biarlah aku meratap selamanya.
Kota Wali, 2015
Lagu tanpa Suara
Lagu tangisku tanpa suaraSeperti juga tangisan anak-anak
Di Gaza atau di mana-mana
Setelah anjing-anjing menyalak
Bersama dentuman meriam
Yang berjatuhan dari jahanam
Lagu doaku juga tanpa suara
Seperti juga doa-doa kaum papa
Di antara deru buldoser
Di antara gemuruh barisan panser
Lagu dukaku tanpa suara
Biarlah kunyanyikan selamanya
Meski akan sia-sia menghibur jiwa.
Kota Wali, 2015
Meratapi Sungai
tak ada lagi anak-anak berani mandidi sungai-sungai yang ada di negeri ini
karena airnya telah bau aneka limbah
dari kehidupan yang semakin payah
maka kuratapi juga sungai-sungai
meski airmataku tak akan memadai
menawarkan air menjadi bening lagi
menghidupkan ikan yang telah mati
jika sungai telah kehilangan ikan
dan airnya bercampur kotoran
maka siapa pun akan ketakutan.
Kota Wali, 2015
Anjing di Depan Sorga
Di depan anak-anak yang kehilangan bapaKukisahkan tentang anjing di depan sorga
Setelah berlomba lari
Dengan seorang nabi
Sang anjing menolak masuk sorga
Karena tak ingin menakutkan bidadari
Lalu sang nabi berkata
: Anjing bukan setan dari neraka
Maka anjing itu pun kemudian masuk sorga
Lalu sang nabi melangkah di belakangnya.
Kota Wali, 2014
Dzikir Cinta
Kudzikirkan cintaKepadamu
Yang maha cinta
Biar jadi bunga hatiku
Dzikirkanlah cinta
Untukmu dan untuknya
Biar kita mabuk cinta
Dan cinta mabuk kita
Cinta berdzikirlah selalu
Dalam rinduku kepadamu
Dalam rindumu kepadaku.
Kota Wali, 2015
Doa Kehabisan Kata
Doaku telah kehabisan kataTapi engkau maha tahu
Ada doa tanpa kata-kata
Doaku menghabiskan kata
Keinginan selalu berbunga
Harapan selalu berbunga
Doa-doa manusia
Selalu kehabisan kata
Maka diam bisa juga doa.
Kota Wali, 2015
Meditasi
Sendiri hanya pengakuanKesepian hanya perasaan
Sejatinya tak ada yang sendiri
Tak juga ada yang sepi
Di dalam diriku ada engkau
Selamanya menemaniku
Bahkan ketika aku merisau-risau
Atau sedang melupakanmu
Maka tak ada alasan
Yang layak jadi pijakan
Untuk meratap-ratap
Atau berharap-harap
Hidup ini sebatas tarikan napas
Yang berulang-ulang
Sebelum putus dan tuntas.
Kota Wali, 2015
Dalam Cinta dan Rindu
Aku tahuEngkau tak ada di sini
Meskipun juga tak ada di sana
Karena tak ada tempat bagimu
Aku pun tahu
Engkau di mana-mana
Meskipun juga tak di mana-mana
Karena tak ada mana untukmu
Dan aku pun tahu
Engkau selalu bersamaku
Di balik rahasiamu
Ada cintamu dan cintaku.
Kota Wali, 2015
Asmadji As Muchtar, lahir di Pati, Jawa Tengah, 6 Juli 1961. Ia menulis puisi, prosa, dan esai sejak 1975. Juga, banyak menerjemahkan kitab-kitab kuning dan menulis tafsir Alquran berjudul Al-Muchtar yang beredar di Singapura dan Malaysia.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Asmadji As Muchtar
[2] Pernah tersiar di surat kabar "Media Indonesia" pada 5 April 2015