Sajak Sepatu Tua
Sepatu tua telah menggila
Ketok-ketok sendiri dalam langkahnya
Meski tanpa kaki
yang menjangkahnya dalam senja
Sepatu tua telah menggila
Berilusi dalam kadar waktu yang dia punya
Yang berharap, ada kaki yang menjamahnya
Ah, sepatu tua telah terbaring
Usai semir hitam menyelimuti kulitnya yang berdebu
Pulas, lagi mendengkur....
Sepatu tua:
Tak lagi terdengar ketok-ketok langkahnya
Rabat, 28 Oktober 2015
Kisah di Musim Dingin
Musim dingin adalah musim kawin
Beranak pinak
Penuhi rumah dengan suara tangis anak
Tak perlu suntik KB, IUD, pil, ataupun kondom
Cukup jaket tebal dan kaos kaki idaman
kaos kaki yang di tiap jarinya bolong melompong
Musim dingin adalah musim peruntungan
Tentang simpanan makanan dan simpanan
pasangan
Tak perlu tengok tetangga kanan kiri
Cukup berdiam diri di rumah
Membuncitkan perut sebagai pengganti gen-
derang
Musim dingin adalah musim perjanjian
antara akal sehat dan klenik sesaji
antara teori kebenaran dan laksana kejahatan
Dan di musim dingin ini
Selimut tebal terlipat rapi
Rabat, Musim Dingin
Ballada TKW
Tersimpan paspor di rumah majikan
Gaji lima bulan belum dibayar
Makian dan pukulan jadi sarapan
Aku ingin pulang
Tak ada jalan keluar
Gembokan pintu dan tembok tinggi jadi pengha-
lang
Dan kabur adalah solusi pilihan
Kini hanya makan dan tidur tak ada kerjaan
Mengantongi lemak untuk oleh-oleh pulang
KBRI Rabat bersama para TKW Ilegal
31 Oktober 2015
Sabda Pandita Raja
Raja bekehendak
Roti bantal terjual murah
Dari pengemis hingga golongan kaya
Raja berkehendak
Hanya dua keping recehan
Mampu mengenyangkan perut sekali makan
Titah perintah
Tak bisa dibantah
Sabda Pandita Raja
Rabat, Pada Akhir Bulan
Anak Singkong
Jangan kau cari singkong di sini
Duduklah, nikmati roti itu!
”Aku mau makan” katamu
Mereka melongo melihatmu, melihat meja di
depanmu
Bulatan roti dan lauk telah disiapkan
Namun kau masih saja berteriak
Aku mau makan lagi-lagi kau mengucap itu
Mereka masih melihatmu
Menerka-nerka makanan apa yang kau makan
Bulatan roti dan lauk masih utuh
Belum juga kau jamah
Jangan kau cari singkong di sini
Jika kau tak ingin lalat mengelilingmu
Bangkai tubuh yang kelaparan
Rabat, Bersama anak singkong
Wati Istanti, staf pengajar jurusan BSI Unnes
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Wati Istanti
[2] Pernah tersiar di surat kabar "Suaar Merdeka" Minggu 6 Desember 2015